BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan pemahaman komputer oleh pemakai yaitu mudahnya pemakai memperoleh
hardware dan software memberikan kesadaran terhadap perusahaan bahwa memang
dibutuhkan sistem komputerisasi. Sebagai contoh dua pemakai dalam area yang
berbeda ingin mengembangkan sistem secara serentak untuk menyiapkan laporan
yang sama. Maka, sebaiknya manajemen puncak harus menetapkan penggunaan
komputerisasi dalam organisasinya, yang berguna untuk mengetahui sumber
informasi. Perencanaan formal untuk manajemen informasi ini disebut Information
Reseurces management (IRM) atau manajemen sumber informasi.
IRM adalah konsep
manajemen sumber informasi yang mengenal informasi sebagai sumber
organisasional utama yang harus dikelola dengan tingkat kepentingan yang sama
seperti sumber organisasional dominan lain seperti orang, keuangan, peralatan
& manajemen. Informasi merupakan salah satu sumber utama dari perusahaan
& dapat dikelola seperti halnya sumber lain.
IRM (Information
Resource Management) merupakan metodologi siklus hidup yang digunakan untuk
menciptakan sistem yang berkualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
BERBAGAI PANDANGAN TENTANG IRM
IRM SEPERTI HALNYA
MANAJEMEN INFORMASI SUMBER
Informasi adalah salah
satu sumber utama dari perusahaan, dan ia dapat dikelola seperti halnya
sumber-sumber lain. Informasi adalah sumber konseptual yang menggambarkan
sumber-sumber fisik yang harus dikelola oleh manajer. Jika skala operasinya
terlalu besar untuk diobservasi, maka manajer dapat memonitor sumber-sumber
fisik dengan mengunakan informasi yang menggambarkan atau mewakili
sumber-sumber tersebut.
IRM MERUPAKAN CARA
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SISTEM INFORMASI
Dari pada
mengandalakan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh manajemen puncak, yang berlaku
untuk seluruh organisasi, sebaiknya perhatian harus ditujukan kepada tingkat
bawah, dimana sistem dikembangkan. Pandangan ini menganggap IRM sebagai
metodologi siklus hidup yang digunakan untuk menciptakan system yang dapat
menghasilkan informasi berkualitas. Dasar dari pandangan ini adalah adanya
keyakinan bahwa tugas-tugas pengelolaan semua informasi dalam perusahaan begitu
banyak bila hanya dilkakuan dengan satu usaha.situasi ini sama seperti pada
waktu usaha MIS pertama kali dilakukan, yaitu dengan menerapkan satu sistem
untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi seluruh organisasi. Kita telah
mengetahui bahwa usaha-usaha awal tersebut umumnya gagal dan mendorang diketemukannya
DSS.
IRM SEBAGAI MANAJEMEN
SUMBER KOMPUTERISASI
Karena sulit untuk
mengukur nilai informasi, maka perhatian diarahakan kepada sumber-sumber yang
menghasilkan informasi. Asumsi dasarnya adalah bahwa jika perusahaan mengelola
komputernya, databasenya, spesialis informasinya, dan sebagainya.hal ini
menyatakan bahwa perusahaan dapat dikelabui untuk percaya bahwa
informasinya telah dikelola, pada kenyataanya tidak kelola. Perusahaan tidak
boleh terlalu terlibat dalam manajemen sumber, yang hal ini akan menghilangkan
pandangan mengenai komoditi yang dihasilkan oleh sumber tersebut yaitu
informasi.
PANDANGAN YANG LUAS
TERHADAP IRM
Mehdi Khosrowpour
mengemukakan bahwa definisi IRM adalah, “Konsep manajemen sumber informasi
mengenal informasi sebagai sumber oraganisasional utama yang harus dikelola
dengan tingkat kepentingan yang sama seperti sumber organisasional dominan yang
lain, seperti orang, bagan, keuangan, peralatan, dan manajemen. Lebih jauh
lagi, IRM ini menghendaki adanya manajemen komprehensif terhadap semua komponen
teknologi pemrosesan informasi maupun terhadap elemen manusia, agar keduanya
dapat mengumpulkan, memproses, menyebarkan, dan mengelola informasi, yang
merupakan aset organisasional yang utama.
INFORMASI SEBAGAI
SUMBER STRATEGIS
Kita telah mengetahui
bahwa perusahaan berada dalam lingkungan yang terdiri atas elemen-elemen,
seperti pelanggan, pemasok, pemerintah, dan pesaing. Perusahaan berusaha untuk
menetapkan arus sumber fisik dan informasi secara dua arah dengan semua elemen
tersebut kecuali dengan pesaing. Secara ideal, hanya arus informasi yang
masuklah yang menghubungkan perusahaan dengan pesaingnya.
Tujuan utama dari
perusahaan adalah menghasilkan keuntungan dan memelihara operasi kerjanya,
sehingga dapat terus memberikan produk dan pelayanan (barang dan jasa) yang
dibutuhkan oleh pelanggannya. Perusahaan harus menjalankan tujuannya tersebut
dalam kendala yang diakibatkan oleh lingkungan.walaupun semua elemen dapat
mengakibatkan terjadinya kendala, namun yang paling kelihatan adalah yang
datangnya dari pesaing. Pesaing secara aktif berusaha untuk menyaingi
keberhasilan perusahaan tersebut.
Informasi merupakan
salah satu sumber yang dapat menghasilkan keuntungan kompetitif. Dengan cara
memfokuskan para pelanggan & membangun sistem informasi yang bisa
meningkatkan arus informasi antara perusahaan dan elemen lingkungannya. Arus
Informasi antara perusahaan dan pelanggan :
Informasi yang
menerangkan kebutuhan produk
Informasi yang
menerangkan penggunaan produk
Informasi yang
menerangkan kepuasan produk
PERENCANAAN STARTEGIS
UNTUK SUMBER INFORMASI
Jika informasi akan
digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan keuntungan kompetitif maka
penggunaannya harus direncanakan. Lebih dari itu perencanaan tersebut harus
dilakukan oleh eksekutif perusahaan dan harus bersifat jangka panjang.
Aktifitas perencanaan yang menidentifikasikan sumber-sumber informasi yang akan
yang akan diperlukan pada masa yang akan datang dan cara penggunaannya
dinamakan SPIR (Strategic Planning for Information Resources). Gagasan utama
yang mendasari SPIR ini adalah adanya hubungan antara tujuan perusahaan secara
keseluruhan dengan rencana untuk sumber-sumber informasinya.
Sumber-sumber informasi harus digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan
perusahaan.
Berdasarkan survey
selama tahun delapan puluhan mengungkapkan bahwa SPIR adalah hal yang paling
penting kaitannya dengan penggunaan komputer dalam bisnis. Namun demikian
manajemen belum menyadari akan pentingnya SPIR ini. Kesadaran tersebut
berkembang secara bertahap.
Gagasan utama dari
SPIR adalah adanya hubungan antara tujuan perusahaan secara keseluruhan dengan
sumber-sumber informasi. Sumber-sumber informasi harus digunakan untuk
pencapaian tujuan. Perencanaan yang digunakan Top Down :
BSP IBM (Business
System Planning)merupakan Pendekatan studi total, Setiap manajer diinterview
untuk menentukan kebutuhan informasi, kemudian sistem diimplementasikan sesuai
dengan kebutuhan informasi.
CSF (Critical Success
Factor), merupakan Perencanaan sumber informasi dengan mengidentifikasi kunci
keberhasilan yang nenentukan keberhasilan dan kegagalan.
Transformasi susunan
strategis, merupakan Misi, Tujuan, strategi dari perusahaan merupakan dasar
tujuan, batasan, strategi perencanaan sistem.
Proses pentransformasian dari susunan strategi organisasi menjadi susunan
strategi SIM dinamakan proses perencanaan strategi SIM:
MANAJEMEN DAN
STRATEGI END USER COMPUTING
Bila CIO mempunyai pengaruh, sumber-sumber informasi
perusahaan juga akan mengalami perubahan. Selama beberapa tahun, trend operasi
pelayanan informasi terpusat telah berubah menjadi trend pendistribusian
sumber-sumber komputerisasi keseluruh perusahaan, terutama dalam bentuk
mikrokomputer. Sebagian besar dari peralatan yang didistribusikan ini digunakan
oleh pemakaian yang tidak mempunyai pemahaman komputer secara khusus. Aplikasi-aplikasi
dari pemakai ini terdiri atas software tertulis yang telah dibuat oleh bagian
unit pelayanan informasi atau diperoleh dari sumber-sumber luar. Namun
demikian, ada juga pemakai yang hanya mengunakan komputer. Selain itu juga ada
yang mendisain dan mengimplementasikan aplikasinya sendiri.
Sekarang perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk mengolah sumber-sumber
informasi yang tersebar tersebut . Salah satu study pertama mengenai end-user
dilakukan pada tahun 1993 oleh John Rockart dari MIT dan Lauren S. Flannery,
seorang mahasiswa jurusan MIT. Mereka menginterview 200 end-user ditujuh
perusahaan dan menidentifikasi enam jenis yaitu:
End-User
Non-Pemrograman, merupakan Pemakai (user) hanya mempunyai pemahaman komputer
yang sedikit atau mungkin tak punya sama sekali, dan hanya menggunakan sofware
yang telah dibuat oleh orang lain. User ini berkomunikasi dengan hadware dengan
bantuan menu dan mengandalkan orang lain untuk memberikan bantuan teknis.
User Tingkatan
Perintah, yaitu Pemakai (user) yang menggunakan sofware tertulis yang telah
tersedia, selain itu juga menggunakan 4GL untuk mengakses database dan membuat
laporan khusus.
Progemmer End-User,
yaitu pemakaian (user) yang dapat menulis programnya sendiri dan
menggunakan bahasa programan. Karena mempunyai pemahaman komputer yang lebih
baik, biasanya menghasilkan informasi untuk pemakian non-programan dan pemakai
tingkat perintah. Contoh pemakai jenis ini adalah aktuaris (penaksir), analis
keuangan, dan insiyur.
Personel Pendukung
Fungsional, merupakn Pemakai yang ditugaskan di unit fungsional perusahaan dan
menangani penggunaan komputer. Dan mempunyai tingkatan sebagai ahli seperti
yang ada di unit pelayanan informasi.
Personel Pendukung
Komputerisasi End-User, yaitu Spesialis informasi yang ditugaskan di unit
pelayanan informasi, namun membantu end-user dalam pengembangan sistem.
Programmer DP,
merupakan golongan programer khusus, yang ditugaskan di pelayanan informasi,
yang diharapkan memberikan dukungan kepada end-user. Dukungan ini biasanya
diberikan untuk menentukan harga kontrak.
Kita telah mnggunakan
istilah end-user computing untuk menjelaskan pengembangan sistem berdasarkan
komputer oleh orang yang mengunakan output dari sistem tersebut. Penekanannya
adalah pada pengembangan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Suzanna Rivard dari
Ecole des Hautes etudes Commerciales, Montreal dan Sid L. Huff dari University
of Western Ontario, dalam study mereka terhadap 272 end-user. Mereka membatasi
klasifikasi mereka terhadap tiga kategoti tengah yang dikemukakan oleh Rockart
dan Flannery:
User tingatan perintah
Pemrograman end-user
Personel pendukung
fungsional
APLIKASI END-USER
POTENSIAL
Nampaknya beralasan bila ada anggapan bahwa end-user lebih
berusaha menerapkan aplikasinya untuk memenuhi kebutuhan informasinya sendiri
atau kebutuhan informasi untuk unitnya, dari pada untuk kebutuhan informasi
perusahaan. Oleh karena itu, end-user sebenarnya tidak mengembangkan aplikasi
pemrosesan data, MIS, dan otomatisasi kantor, seperti voice mail dan video
conferencing, sebab ia biasanya mengimplementasikan secara umum. Juga, end-user
sebenarnya tidak boleh mengembangkan expert system karena sistem ini mempunyai
sifat khusus.
Hal ini berarti bahwa end-user computing hanya terbatas pada
aplikasi DSS dan otomatisasi kantor, seperti word processing, pengiriman
elektronik, dan pengkalenderan elektronik, yang dapat disesuaikan dengan
sekelompok kecil pemakai.
Dengan memahami aplikasi yang mana yang mungkin dikembangkan dan yang mungkin
tidak bisa dikembangkan oleh end-user , maka hal ini akan menjadi teka-teki
bagi arah perkembangan en-user computing. Ia membrikan indikasi mengenai
bagaimana end-user dan spesialis informasi akan berdampingan dimasa mendatang.
TAHAP PERTUMBUHAN
END-USER COMPUTING
Selama jangka waktu yang pendek ketika end-user computing
telah mendapatkan popularitas, para pemakai dan aplikasi mereka menjadi lebih
canggih. Kita telah melihat bagaimana Richard Nolan menggunakan tahapan siklus
hidup untuk mendefinisikan evolusi jangka panjang penggunaan perusahaan dalam
penggunaan komputer. Cara yang sama dapat dilakukan untuk mendeskripsikan
evolusi end-user computing dalam perusahaan.
Sid Huff bersama dengan Malcolm Munro, profesor pada University of Calgary, dan
Barbara Marin, seorang konsultan free-lance, menjelaskan bagaiman aplikasi
end-user berevolusimelalui tahapan pertumbuhan dan menjadi lebih matang pada
setiap tahapan tersebut. Mereka mendefinisikan kematangan dengan istilah
connectivity – yaitu kemampuan aplikasi-aplikasi untuk saling berinterface
melalui transfer data.
Isolasi, selama tahap isolasi, pemakai melihat tiap
aplikasi sebagai entry yang terpisah. Pemakai menerima dukungan nyata yang
sedikit dari sistem dan pemakai ini menggunakan sistem tersebut terutama untuk
mendapatkan pengenalan dengan pemrosesan komputer.
Sound-Alone, pemakai mulai melihat hubungan logis antara sistem-sistemnya.
Dalam usahanya untuk memadukan sistem tersebut, pemakai biasanya akan
memasukkan kembalioutput dari satu sistem untuk meberikan input kepada sistem
lain.
Integrasi Manual, para pemakai mulai menukarkan data diantara mereka dan dengan
fasilitas komputerisasi sentral. Namun demikian, pertukaran ini dilakukan
dengan mentransfer file dari satu program ke program yang lain biasanya dalam
bentuk disket. Contohnya adalah penggunaan file dBASE sebagai input bagi
spreadsheet 1-2-3. jika pelayanan informasi tidak menentukan standar untuk
aktivitas ini, maka pemakai mebuat standarnya sendiri.
Integritas Otomatisasi, pemakai bisa menukar data dengan database sentral
dengan menggunakan jaringan komunikasi . pertukaran ini dilakukan oleh DBMS
yang mengelola database sentral. Agar dapat membuat dan mengunakan system ini,
pemakai harus menyesuaikan standar yang telah ditentukan oleh pelayanan
informasi.
Integrasi Terdistribusi, pada tingkat kematangan yang paling tinggi ini,
aplikasi end-user berada pada tingkat organisasional, kelompok kerja, dan
pemakai perorangan. Database terpisah didistribusikan ke seluruh perusahaan
pada setiap tingkat, dan integrasi dilakukan oleh DBMS terdistribusi.
Professor Munro dan Huff, bersama dengan mahasiswa S2
dari University British Columbia, Gary Moore, mempelajari status end-user
computing di 47 organisasi, dan mendapati bahwa tak ada perusahaan yang
dijadikan obyek studi tersebut telah mencapai tahap kematangan integrasi
terdistribusinya. Mungkin hal tersebut disebabkan adanya kebutuhan DBMS yang
lebih canggih untuk mendukung database terdistribusinya. Namun demikian, muff,
Munro, dan Martin, mendapatkan suatu kesimpulan bahwa, “walaupun dengan alat
yang lebih baik, pasti akan ada hal (point) – yang belum diketahui – yang
berada diatas jangkauan pemakai, yang tidak akan bias dijelajahi oleh pemakai.
FAKTOR YANG MENDORONG
END-USER COMPUTING
Pada sebagian besar perusahaan, bagian pelayanan informasi
terlalu banyak muatan kerja dan disitu terdapat antrean panjang pekerjaan yang
menunggu pengimplemenstasiannya. Adanya timbunan pelayanan informasi ini
merupakan sebab utama mengapa end-user computing menjadi popular, dimana
pemakai menjadi tidak sabar dan memutuskan untuk melakukan pekerjaannya
sendiri.
Faktor lain adalah murahnya dan mudahnya penggunaan hardware dan software.
Pemakai dapat membeli PC dan beberapa software pengembangan aplikasi dengan
hanya seribu dolar atau sekitarnya, seringkali tidak usah melalui channel yang
resmi.
Pemahaman pemakaimengenai komputer dan informasi juga merupakan faktor menjadi
populernya en-user omputing ini. Sekarang semakin banyak pemakai yang telah
mempelajari keterampilan komputer di sekolah dan mereka mempunyaikeyaknan yang
kuat terhadap kemampuannya ini. Mereka tidak ragu-ragu lagi untuk mengembangkan
dan membuat aplikasinya sendiri.
Beberapa pemakai terdorong oleh prospek mengenai
diperolehnya kemampuan untuk melakukan kontrol yag lebih cermat atas
komputerisasi mereka. Pandangan ini diakibatkan oleh ketidakpercayaan mereka
terhadap pelayanan informasi. Mungkin ada beberapa kasu-kasus kesalahan dan penembusan
keamanan dalam pelayanan informasi.
Pemakai mungkin juga terdorong untuk mengurangi biaya pemrosesan. Situadi ini
terjadi dalam perusahaan yang memindahkan pembiayaan pengembangan dan
penggunaan sistemkepada departemen yang memakai sistem tersebut, dan biaya
tersebut diangap terlalu tinggi.
Pengaruh atau dorongan eksekutif juga merupaka faktor. Phillip Ein-Dor dan Eli
Segev, profesor pada Tel Aviv Univeristy, mangumpulkan data dari 21 perusahaan
d wilayah Los Angeles dan mendapatkan bahwa persentasi end-user manajemen dan
non-manajemen akan lebih tinggi jika CEO adalah pemakai.
KEUNTUNGAN DARI
END-USER COMPUTING
End-user computing memberika kuntunga baik kepada
perusahaan maupun pemakai. Pertama, perusaaa akan memperoleh keuntungan dengan
memindahkan beberapa muatan kerja dari bagian pelayanan informasi kepada
end-user. Hal ini memungkinkan bagian pelayaan informasi untuk mengembangkan
sistem organisasional yang mungkin lebih menjadi muatan kerja yang menumpuk
selama beberapa bulan atau tahun. Ia juga memungkinkannya lebih mempunyai waktu
untuk memelihara sistem yang telah berada pada komputer.
Kedua, tidak dikutsertakannya spesialis informasi dalam proses pengembangan
bisa mengatasi masalah yang telah menggangu pengimpleentasian sepanjang era komputer
– yaitu komunikasi. Banyak pemakai yang tidak memahami jargon komputer yang
diungkapkan spesialis informasi, dan banyak spesialis informasi yang tidak
memahami tugas atau tanggung jawab pemakai. Karena para pemakai memahami
kebutuhannya sendiri dengan lebh baik dari pada orang lain, maka ketika mereka
mengembangkan sistem mereka sendiri, mereka mungkin akan lebih puas dengan
hasilnya. Mereka juga mempunyai perasaan memiliki – “ini adalah sistem saya.”
Hasil akhir dari kedua keuntungan tersebut adalah bahwa akan tercapainya
tingkat keterampilan penggunaan komputer yang lebih tinggi. Sedangkan
keuntungan yang paling penting adalah dalam dukungan kebutuhan pemakai dalam
memecahkan masalah dan sistem memberikan apa yang dibutuhkan oleh pemakai.
STRATEGI END-USER
COMPUTING
Tugas perusahaan adalah untuk menetapkan kebijaksanaan end-user computing yang
memberikan fleksibilitas kepada pemakai untuk melekukan inovasi dalam
penggunaan komputer, namun juga harus menetapkan kontrol untuk memastikan bahwa
penggunaan tersebut mendukung tujuan perusahaan.
Suatu strategi yang telah terkenal adalah penetapan atau pembangunan pusat
informasi, ini merupakan pemecahan yang dapatdiimplemestasikan dengan cepat,
namun hal ini harus diikuti oleh perubahan-perubahan yang mendasar dari
sifat-sifat yang telah permanen. Sutu contoh perubahan yang mendasar ini
adalahbahwa pelayanan informasi melepaskan tugas sebagai pemrosesan dan ia
diberi tugas khusus untuk mengontrol jaringan. Pada bagian dibawah ini, kita
akan membahas dua strategi tersebut.
PUSAT INFORMASI
Information center (pusat informasi) adalah area dalam perusahaan yang berisi
sumber-sumber komputerisasi yang perlu dikembangkan oleh pemakai dan dengan
aplikasinya sendiri. Sumber-sumber tersebut meliputi hardware, seperti
terminal, mikros, printer, letter-quality, plotter, dan juga meliputi software,
seperti paket spreadsheet elektronik, DBMS, 4GL, dan paket grafik. Disitu
terdapat pula spesialis informasi, yang ditugaskan untuk membantu pemakai dalam
mengembangkan atau membuat sistemnya. Tujuan dari hal ini adalah agar pemakai
mendapatkan kepuasan dalam menggunakan komputer.
IBM Canada dianggap yang membangun pusat komputer yang pertama pada
tahun1974, dan ide tersebut secara cepat tersebarke berbagai perusahaan-perusahaan.
Beberapa pusatnya bersifat sangat sederhana, yaitu hanya dikelola oleh
satu orang. Sedangkan yang lain memiliki lebih dari 50 spesialis yang dapat
membantu para pemakai. Rata-rata ada 8 spesialis yang menjadi staff di satu
pusat informasi itu.
Pusat informasi yang baru dibuka setiap tahunnya, namun berbagai pusat yang
sudah tua ditutup. Perusahaan merasa bahwa pusat-pusat tersebut memberikan
kegunaan; para pemakai bisa mengembangkan apa yang menjadi kepuasannya dan
mereka dapat emperoleh sumber-sumber mereka sendiri. Itulah yang terjadi di
Quaker Oats. Pusat informasinya dibuka pada tahun 1984, dankurang dari tiga
tahun, perusahaan tersebut mencapai tujuannya. Lebih dari dua ribu pemakai
diberi pelatihan, dan lebih dari 1200 mikros dan tiga ribu paket software telah
diinstal.
Salah satu masalah yang berkaitan dengan pusat informasi ini adalah
perelokasian para spesialis. Mereka dapat diberi berbagai tugas dalam
perusahaan, dengan dipekerjakan di pelayanan informasi atau dipekerjakan di
departemen pemakai. Strategi yagmungkin dengan menugaskan mereka delam area
perusahaan yang ketinggalzn dalam menggunakan komputer.
KONTROL JARINGAN
Seorang profesor MIT dan konsultan, John D. Donovan menggambarkan penyebaran
end-user computingdalam suatu organisasi dengan diagram tiga dimensi, yag
terlihat pada gambar 19.14. Aksis X menunjukkan bagaimana perusahaan
mendistribusikan peralatan komputerisasinya , dan aksis Y menunjukkan bagaimana
perusahaan mendesentralisasi proses pengembangan sistemnya.
Bila perusahaan menaikan aksis Y dari gambar tersebu, maka pemakai menjadi
lebih mampu merancang dan mengembangkan sistemnya sendiri, tidak tergantung
kepada unit pelayanan informasi sentralaksis Z juga menunjukkan bagaimana
perusahaan mendesentralisasikan pembuatan keputusan mengenai
sumber-sumberinformasinya – yaitu membuat keputusan, misalnyaperalatan yang
bagaimana yang akan didapatkan dan aplikasi apa yang akan dikembangkan.
Point awal dari ketiga aksis itu adalah gambaran tempat perusahaan pada waktu
pertama kali menggunakan komputer. Segala sesuatunya telah dilakukan dalam
pelayanan informasi sentral. Sebagian perusahaan telah bergerak ke point A,
yang disebut sebagai Big brother (keluarga besar). Disini, peralatan
didistribusikan, namun pelayanan informasi masih mebuat keputusan dan
mengembangkan sistem. Masalah yang dihadapi perusahaan ketika ia berada di
point A adalah terjadinya momentum diman trend end-user computing muncul. Jauh
sebelumnya, permintaan akan dukungan informasi meningkat begitu besar, dan pelayana
informasi tidak bisa mengatasi permintaan ini.
Dalam situasi ini, perusahaan bisa melakukan salah satu dai tiga strategi
dasar. Ia dapat memberika keleluasaan kepada pemakai untuk menentukan aplikasi
mana yang ia ingin kembangkan, namun pelayanan informasi mengembangkannyajuga.
Strategi ini menggerakan perusahaan ke point B, yang diebut Helping Hand
pelayana inforamsi juga membiarkan pemakai untuk mengembangkan sistemnya
sendiri, namun pelayanan informasi yang memutuskan sistem yang akan
dikembangkan tersebut. Ini berada di point C, yang disebut Watchdog.
Menurut Donovan, point Helping Hand dan Watchdog ini tidak memiliki tujuan
jangka panjang yang berguna. Bila penggunaan komputer meluas ke area-area lain,
seperti sistem informasi eksekutif dan expert system, maka akan lebih sulit
bagi pelayanan informasi untuk memberikan semua bantuan yang dibutuhkan oleh
point Helping Hand. Juga, mustahil bagi unit pelayanan informasi sentral untuk
mengawasi segala sesuatu yang terjadi pada point Watchdog. Oleh karena itu,
tujuan terakhir dari perusahaan adalah mencapai point D. Pada point ini,
sumber-sumber komputerisasi diberikan dan pembuatan keputusan mengenai
sumber-sumber tersebut didesentralisasi. Tanggung jawab utama pelayanan
informasi adalah menghubungkan network ke sumber-sumber tersebut.
Agar pencapaian status network ini lancar, Donovan menyarankan bahwa CIO harus
memelopori meninggalkan atau melepaskan sumber-sumber komputerisasi perusahaan
dan membiarkannya agar dikontrol oleh departemen yang menggunakannya. Tujuan
CIO dan pelayanan informasi adalah terjadinya penyambungan atau hubungan dalam
network.
Jika car diatas benar-benar dilakukan, nampaknya akan menarik. Satu pertanyan
mengenai aplikasi yang kita kemukakan sebelumnya maka tidak akan berlaku lagi
bagi end-user computing. Jika pelayanan informasi melepaskan diri dari
sumber-sumber pemrosesan, maka siapa yang akan mengembangkan dan memelihara
sistem pemrosesan data, MIS, aplikasi OA berskala perusahaan, dan expert
system? Secara realistis, tujuan seharusnya tidak berada di point D, namun pada
tempat yang mendekati point D. Pelayanan informasi mungkin dapat
melepaskan diri dari porsi besar pengurusan sumber-sumber pemrosesan.
BAB III
KESIMPULAN
IRM adalah konsep manajemen sumber informasi yang mengenal
informasi sebagai sumber organisasional utama yang harus dikelola dengan
tingkat kepentingan yang sama seperti sumber organisasional dominan lain
seperti orang, keuangan, peralatan & manajemen. Bila konsep manajemen
sumber informasi ini diterapkan, maka akan mendapatkan beberapa keuntungan
kompetitif, diantaranya :
Terjalinnya hubungan
yang baik antara elemen-elemen
Diperlukan arus
informasi dengan semua elemen-elemen lingkungannya
Pentingnya efisiensi
operasi internal
Daftar Pustaka :