Diskriminasi
Diskriminasi merujuk
kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan
ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
individu, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan
yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antar golongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan,
aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan
dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi
saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat
adanya peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi
saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan.
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam
bentuk:
- dari struktur upah,
- cara penerimaan karyawan,
- strategi yang diterapkan dalam
kenaikan jabatan, atau
- kondisi kerja secara umum yang
bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti
mencegah seseorang memenuhi aspirasi prifesional dan pribadinya tanpa
mengindahkan prestasi yang dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat
bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas pekerja secara
individual. Alhasil, pengusaha cenderung menyandarkan diri pada
karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras atau jenis kelamin,
sebagai indikator produktivitas, seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu
memiliki tingkat produktivitas lebih rendah.
Teori Etnosentrisme
William Graham Sumner menilai bahwa masyarakat tetap
memiliki sifat heterogen ( pengikut aliran evolusi).
Menurut Sumner (1906), manusia pada
dasarnya seorang yang individualis yang cenderung mengikuti naluri biologis
mementingkan diri sendiri sehingga menghasilkan hubungan di antara manusia yang
bersifat antagonistic (pertentangan yang
menceraiberaikan). Agar pertentangan dapat dicegah maka perlu adanya folkways
yang bersumber pada pola-pola tertentu.
Pola-pola itu merupakan kebiasaan (habits), lama-kelamaan,
menjadi adat istiadat (customs), kemudian menjadi
norma-norma susila (mores), akhirnya menjadi hukum (laws). Kerjasama
antarindividu dalam masyarakat pada umumnya bersifat antagonictic
cooperation (kerjasama antarpihak yang berprinsip pertentangan).
Akibatnya, manusia mementingkan kelompok dan dirinya atau orang lain. Lahirlah
rasa ingroups atau we groups yang
berlawanan dengan rasa outgroups atau they
groups yang bermuara pada sikap etnosentris.
Sumner dalam Veeger (1990) sendiri yang
memberikan istilah etnosentris. Dengan sikap itu, maka setiap kelompok merasa
folkwaysnya yang paling unggul dan benar. Seperti yang dikutip oleh LeVine, dkk (1972), teori
etnosentrisme Sumner mempunyai tiga segi, yaitu: (1), (2) sindrom-sindrom
etnosentrisme secara fungsional berhubungan dengan susunan dan keberadaan
kelompok serta persaingan antarkelompok, dan (3) adanya
generalisasi bahwa semua kelompok menunjukkan sindrom tersebut. Ia menyebutkan
sindrom itu seperti: kelompok intra yang aman (ingroups) sementara
kelompok lain (outgroups) diremehkan atau malah
tidak aman. sejumlah masyarakat memiliki sejumlah ciri kehidupan sosial yang
dapat dihipotesiskan sebagai sindrom
Zatrow (1989) menyebutkan bahwa setiap
kelompok etnik memiliki keterikatan etnik yang tinggi melalui sikap
etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang
norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan
digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua
kebudayaan yang lain. Sehingga etnosentrisme memunculkan sikap prasangka dan
streotip negatif terhadap etnik atau kelompok lain.
Komunikasi antarbudaya dapat dijelaskan dengan teori etnosentrisme
seperti diungkapkan oleh Samovar dan Porter (1976). Katanya,
ada banyak variable yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbuadaya,
salah satunya adalah sikap. Sikap mempengaruhi komunikasi antarbuadaya,
misalnya terlihat dalam etnosentrisme , pandangan hidup , nilai-nilai yang
absolute, prasangka, dan streotip.
Pertentangan-pertentangan sosial / ketegangan dalam masyarakat
Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku
yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya
sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda.
Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu :
- Terdapatnya dua atau lebih
unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik
- Unti-unit tersebut mempunyai
perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun
gagasan-gagasan
- Terdapatnya interaksi di antara
bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu
individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
- Pada taraf di dalam diri
seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian,
atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang
- Pada taraf kelompok, konflik
ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari
perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan,
nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi
anggota kelompok, serta minat mereka.
- para taraf masyarakat, konflik
juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma
kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan
berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat,
disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber
sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam
kebudayaan-kebudayaan lain.
B).contoh real dalam kehidupan keseharian
C). bagaimana anda sebagai mahasiswa melihat hal hal tersebut
kalau menurut saya melihat hal seperti ini yaa deskriminasi terbentuk karena adanya rasa saling tidak suka antara 1 dengan lainya.yang dipergunakan secara tidak wajar oleh oknum tangan tangan yang tidak bertanggung jawab.deskriminasi tersebut timbul dengan sendiri nya karena rasa tidak puas dengan apa yang dia punya lalu mereka melampiaskan rasa tidak puasnya itu dengan melakukan tindak kriminal seperti cotohnya pelecehan seksual,tidak memberi kan hak gaji kepada karyawan dan berbuat semau maunya.sekian dari saya
-ismail saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar